TSGoGSCpBSG0TpMiTSOlGfr9Td==

4 Panduan Aman Menggunakan Motor Setelah Turun Mesin

4 Panduan Aman Menggunakan Motor Setelah Turun Mesin
Ilustrasi. 4 Panduan aman menggunakan motor setelah turun mesin. (Dok. Shutterstock)

INDONESIATERKINI.ID - Proses turun mesin seringkali menjadi solusi terakhir ketika kondisi internal mesin sepeda motor mengalami kerusakan serius.

Entah karena kelalaian dalam perawatan atau usia kendaraan yang sudah tua, overhaul atau turun mesin bisa menjadi hal yang cukup menyita waktu dan biaya.

Untuk itu, penting mengetahui langkah-langkah tepat dalam penggunaan motor setelah menjalani proses perbaikan besar ini.

Apa itu Turun mesin dan kapan harus dilakukan?

Turun mesin, atau dalam istilah teknis dikenal sebagai overhaul, adalah prosedur pembongkaran total bagian mesin dari sasis motor.

Hal ini dilakukan untuk memeriksa, membersihkan, hingga mengganti komponen dalam yang mengalami kerusakan atau keausan.

Sebelum membahas bagaimana cara berkendara setelah turun mesin, kenali dulu tanda-tanda sepeda motor yang memerlukan penanganan ini.

1. Knalpot mengeluarkan asap putih

Jika asap putih muncul dari knalpot, itu bisa menjadi sinyal adanya kerusakan di ruang bakar.

Asap ini terbentuk karena proses pembakaran bahan bakar yang bercampur dengan oli mesin.

Kondisi ini biasanya menandakan masalah pada ring piston, piston, klep, atau sil klep.

2. Terjadi kebocoran oli

Oli yang merembes dari celah mesin bisa menandakan bahwa paking atau tap baut oli rusak.

Selain menyebabkan volume oli berkurang, hal ini juga mengganggu sistem pelumasan, meningkatkan suhu mesin, dan berpotensi menyebabkan kerusakan permanen jika dibiarkan.

3. Mesin mengeluarkan suara kasar

Bunyi kasar dari dalam mesin sering muncul akibat gesekan antar komponen yang tidak normal.

Ini bisa disebabkan oleh keausan, kerusakan, atau kekurangan pelumas yang membuat gesekan komponen menjadi berlebihan.

4. Performa mesin menurun dan sulit dihidupkan

Penurunan tenaga dan kesulitan saat menghidupkan mesin dapat disebabkan oleh kompresi yang bocor atau oli masuk ke ruang bakar, membuat busi basah dan gagal menyalakan mesin.

Panduan berkendara setelah turun mesin

Setelah proses overhaul, mesin membutuhkan waktu untuk kembali beradaptasi dengan komponen baru yang telah diganti.

Inilah yang disebut sebagai masa inreyen. Berikut empat panduan penting yang perlu Anda ikuti selama masa ini.

1. Hindari kecepatan tinggi dan berkendaralah secara normal

Selama masa inreyen, motor sebaiknya tidak digunakan dalam kecepatan tinggi.

Disarankan untuk menjaga kecepatan maksimum di bawah 60 km/jam dan menjaga putaran mesin pada batas 4.000 rpm untuk motor manual.

“Contoh, motor baru 45 km odometernya. Jika idealnya pakai motor dengan kecepatan dari 0 kpj sampai 80 kpj dapat ditempuh dalam waktu 9-10 detik, kenaikan kecepatannya sebaiknya dilakukan secara bertahap sehingga membutuhkan waktu 20-25 detik.”

Langkah ini penting agar seluruh komponen baru bisa beradaptasi secara bertahap tanpa tekanan berlebihan.

2. Istirahatkan mesin setiap 30 menit

Jika Anda berkendara jarak jauh atau dalam kondisi lalu lintas macet, sangat disarankan untuk memberi jeda istirahat pada motor setiap setengah jam.

Ini berlaku tidak hanya saat mudik, tetapi juga untuk perjalanan harian seperti pergi ke kantor.

3. Lakukan penggantian oli setelah 250–500 km

Salah satu langkah penting dalam masa inreyen adalah mengganti oli setelah jarak tempuh mencapai 250 hingga 500 km. Ini dilakukan untuk membuang serpihan logam atau kotoran sisa dari gesekan komponen baru.

“Masa inreyen itu paling sedikit 250 km, paling lama 500 km. Tiap pabrikan motor besar punya rekomendasi sendiri-sendiri yang bisa dilihat di buku manual.”

4. Jangan memutar gas secara mendadak

Sebisa mungkin hindari membuka gas secara penuh atau melakukan akselerasi mendadak.

Selain mesin, komponen luar seperti sistem pengereman dan ban juga membutuhkan masa adaptasi agar bekerja secara optimal dan aman.

Ketik kata kunci lalu Enter

close